Mensiasati Instabilitas Sistem
Suspensi Per-Daun Konvensional
Pernahkah
anda mengemudikan Toyota Land Cruiser seri 40 atau Jeep seri lama (CJ-7 atau
yang lebih tua) atau Land Rover seri tua? Bagaimana rasanya? Bukan di medan
offroad lhoh... Di medan offroad tentu mereka jauh lebih nyaman dari mobil 4x2
meskipun sekelas Fortuner VNT maupun Pajero Sport Dakkar. Kali ini di jalan
raya dengan kecepatan normal. Adakah rasa limbung, oleng atau
"ayug-ayug"? Rasakan terutama pada kecepatan tinggi atau pas di
tikungan? Atau sedikit zig-zag misalnya ketika menyalip kendaraan lain, setir
diulir ke kanan dan cepat kembali lurus ke depan.
Anda
akan merasakan dorongan sentrifugal yang mengangkat mobil anda. Akan semakin
mudah merasakan jika anda biasa membawa mobil baru. Karena ada pembanding. Tahu
kenapa? Penyebab utamanya adalah sistem suspensi per-daun (leaf spring),
terlebih depan belakang. Kenapa demikian?
Sebelum
beranjak lebih jauh membahas kelemahan per-daun, kita perlu tahu lebih jelas
kenapa disebut per-daun. Bahan dasarnya bukan daun, tetapi plat baja keras agar
tidak bisa bengkok. Untuk menjamin kelenturan, per-daun disusun dari beberapa
lembar plat baja tipis dan diikat mati dengan rumah as roda di tengah. Panjang
setiap lembarnya tidak sama. Yang paling panjang (umumnya) berada di lapisan
paling atas dan makin ke bawah makin pendek. Yang paling pendek berada di
lapisan paling bawah. Dengan tumpukan model seperti itu maka sifat per-daun
makin ke ujung makin lentur. Lembaran-lembaran tersebut mungkin mirip daun
tertentu, sehingga disebut per-daun.
Setiap
lembarnya (umumnya) dibikin lengkung seperti busur. Kedua ujungnya dikait
dengan rangka sasis. Salah satu kaitan dengan anting (shackle) supaya
bisa bergerak. Lihat gambar pertama. Kenapa anting? Ketika melentur,
kelengkungan busur per berubah, sehingga jarak kedua ujung berubah. Makin
lengkung makin pendek. Sehingga jika kaitan kedua ujungnya statik, maka per
tidak akan melentur.
Pada
roda belakang, anting selalu di ujung belakang. Hal ini untuk mengurangi efek
melar-mingkusnya panjang kopel atau jarak antara roda dan transmisi. Sedangkan
pada roda depan ada yang di depan dan ada yang di belakang. Kendaraan 4x2 RWD
umumnya anting per depan di belakang. Karena roda depan hanya ngikut sehingga
jika kaitan depan statik, roda depan langsung ketarik ketika roda belakang
mendorong. Tetapi untuk kendaraan 4x4 umumnya anting per depan di depan. Hal
ini untuk mengurangi tunda ayunan disebabkan roda depan juga menarik kendaraan.
Gambar
pertama dan kedua menampilkan model konstruksi per-daun yang paling lazim,
dilihat dari samping dan dari depan atau belakang. Per-daun diikat di bawah
rumah as roda. Ada model lain dimana per-daun diikat di atas rumah as roda.
Biasanya untuk kendaraan berrangka sasis lurus seperti truk dan bus.
Suspensi
per-daun lazim untuk kontruksi rigid-axleseperti truk, bus maupun
sejumlah pikup dan SUV lama. Selain ketika itu mungkin belum ditemukan
alterntifnya yang sepadan, suspensi per-daun diyakini lebih kuat ketimbang
model lain. Perawatannya juga lebih mudah dan murah. Kalau sudah lempeng,
dicopot dan dipres lagi. Kalau sudah terlalu lemes, beberapa lembar diganti
dengan yang baru, atau sekedar ditambah jumlah lembarnya juga bisa.
·
Per-daun
rentan efek ayunan horizontal membujur
Fungsi
utama sistem suspensi kendaraan adalah untuk bersesuai dan meredam gelombang
permukaan jalan yang dilaluinya. Supaya semua roda menapak di jalan, tidak ada
yang menggantung, dan kejutan-kejutan akibat jalan tidak rata diredam. Sehingga
per pada sistem suspensi diharapkan mampu berayun dengan langkah vertikal
sesuai dengan kebutuhan. Ayunan horizontal, kemana pun arahnya tidak
diharapkan. Karena akan mempengaruhi stabilitas kendaraan.
Meskipun
dianggap paling kuat menahan beban, suspensi model per-daun sangat rentan
terhadap efek oleng, limbung maupun ayug-ayug. Hal ini disebabkan konstruksi
per-daun selain untuk berayun vertikal, juga sangat memungkinkan untuk berayun
horiontal, baik membujur ke depan dan belakang, juga melintang ke kanan dan
kiri.
Gambar
sebelah menunjukkan ayunan horizontal membujur. Memang per-daun dipasang dengan
kaitan statik pada salah satu ujungnya. Namun karena sifat per-daun itu sendiri
yang makin ke ujung makin lentur, maka setiap ayunan vertikal selalu disertai
dengan ayunan horizontal membujur. Entah seberapa mili pasti ada perubahan
jarak antara poros roda dengan kaitan statik per-daun. Makin lengkung per-daun
makin pendek jarak tersebut. Ini yang menimbulkan efek ayug-ayug.
Ayunan
horizontal membujur akan lebih terasa ketika ada dorongan kejut, entah karena
pedal gas digentak maupun direm mendadak. Karena bisa jadi bukan sekedar efek
melar-mingkus akibat ayunan vertikal saja, melainkan juga efek "ujung
melipat" seperti pada gambar di atas. Akibat gentakan torsi yang kuat
ketika mobil tiba-tiba digeber, bisa jadi ujung statik per-daun pada roda
pendorong bila berada di depan poros roda akan melipat sesaat karena tenaga
dorongan roda. Akibat hambatan rem mendadak, maka bisa jadi ujung statik per-daun
yang berada di belakang poros roda akan melipat sesaat karena ayunan bobot
kendaraan. Keduanya mengakibatkan ayunan horizontal membujur yang cukup terasa.
·
Per-daun
rentan efek ayunan horizontal melintang
Lebih
parah lagi ayunan horizontal melintang. Ayunan ini bisa karena efek sentrifugal
ketika kendaraan belok, atau karena kemiringan landasan karena salah satu sisi
menginjak lobang atau menaiki gundukan. Per-daun rentan terhadap jenis ayunan
ini. Hal ini disebabkan oleh sifat dari bahan dan konstruksi sistem suspensi
per-daun itu sendiri. Dan stabilizer bar atau sway bar tidak
menjawab bersoalan ini. Karena sway bar hanya menjaga agar
langkah ayunan per kanan dan kiri cenderung sama. Sway bar tidak
mengunci pergeseran badan kendaraan ke kanan atau ke kiri.
Lembaran
plat per-daun yang lebarnya hanya beberapa cm itu tidak menjamin bidangnya
selalu ortogonal terhadap ayunan vertikal. Sambil melentur vertikal, bidang
plat bisa saja melintir karena pergeseran melintang titik berat kendaraan.
Kendaraan akan terasa limbung. Makin lentur per-daunnya, makin terasa
limbungnya. Keadaan ini bila melebihi toleransi bisa berakibat kendaraan
terguling. Oleh karena itu harus berhati-hati membawa kendaraan dengan suspensi
per-daun manakala melaju di tikungan. Juga di badan jalan yang miring tapi
tidak rata, atau gelombang sebelah. Tidak ada indikator yang jelas kapan
limbung akan berakibat terguling. Disini mutlak peranan feeling sang
pengemudi.
·
Bahaya
menceperi kendaraan dengan mengurangi lembar per-daun
Sebagian
dari pecinta otomotif ada yang suka menceperi kendaraan. Entah dimana enaknya
yang jelas ada sebagian dari kita yang suka. Yang pasti, kendaraan jadi tidak
nyaman. Maunya di jalan yang rata saja. Manakala ada jalan yang rusak, sang
ceper menjadi tidak nyaman. Dan sayangnya kendaraan lain yang ada di
belakangnya juga ikut tidak nyaman terhambat oleh sang ceper yang sedang
kesulitan.
Saya
pernah melihat di kampung ada anak muda menceperi Daihatsu Feroza miliknya.
Susunan per-daunnya dikurangi, hanya disisakan 2 lembar yang paling panjang
saja. Lantas dipres supaya lurus. Sehingga begitu terpasang membentuk busur
terbalik melengkung ke atas, dan sang Feroza bener-bener ceper. Nah ini pertanda
bahwa dia tidak tahu sifat per-daun.
Makin
tipis per-daun makin rentan terhadap ayunan horizontal, baik membujur maupun
melintang. Sang ceper memang sepertinya mati tanpa suspensi. Karena rumah poros
roda benar-benar mentog pada rangka sasis. Sepertinya kelenturan mutlak
mengandalkan karet pengganjal saja. Tetapi manakala membawanya kurang
hati-hati, badan kendaraan akan dengan mudah bergeser ke kanan atau ke kiri
ketika melintasi badan jaan yang miring, meskipun sebelum diceperi tidak
masalah. Efek ayunan horizontal membujurnya pun semakin dahsyat. Karena yang
melipat sesaat ketika digentak gas atau direm mendadak bukan hanya ujung per,
melainkan seluruh lonjoran per.
·
Solusi
untuk menahan ayunan horizontal
Ayunan
horizontal membujur bisa diatasi dengan memasang penahan di ujung statik
per-daun. Penahan bukan untuk mematikan lenturan. Oleh karena itu harus dibikin
sedemikian rupa agar masih ada kelonggaran bagi per-daun untuk melentur, tetapi
tidak extrim. Bahannya dari plat baja yang lebih tebal dan di lengkapi dengan 2
atau lebih baut klem seperti pada gambar sebelah. Baut klem ini lebih kuat dari
klip pengikat antar lembaran plat per-daun.
Penahan
ini biasanya dibikin dari bahan per-daun juga, tapi yang lebih tebal dan
sedikit lebih lebar. Klem paling ujung dibaut ketat supaya status. Klem yang
lain dibikin sedikit longgar. Meskipun ada kelonggaran, tentu per-daun akan
sedikit lebih kaku ketimbang sebelumnya. Tapi ya itulah yang harus dibayar
untuk membeli keamanan.
Sedangkan untuk menahan ayunan horizontal melintang,
solusinya adalah track-bar seperti pada gambar di samping. Track-bar adalah
batang baja keras yang dipasang untuk mengubungkan batang rangka sasis di satu
sisi dengan rumah poros roda di sisi lain. Sambungannya dengan bushing karet
atau teflon seperti pada ujung per-daun. Pengait di kedua ujung statik.
Kendaraan dengan sistem suspensi per-daun yang sudah dilengkapi track-bar dari
pabriknya antara lain Jeep Wrangler YJ dan Cherokee XJ segenerasi. Oleh karena
itu meskipun per-daun depan belakang, stabilitas Jeep YJ terasa jauh lebih
stabil ketimbang kakaknya, Jeep CJ-7 maupun CJ-8.
Meskipun track bar dikatakan untuk menahan
ayunan horizontal melintang, tetapi track-bar juga memberi efek pergeseran
badan kendaraan melintang. Makin tinggi ayunan vertikal makin bergeser badan
kendaraan ke arah ujung track-bar yang di poros roda.
Bayangkan gambar di atas, jika ayunan vertkalnya bisa mencapai posisi
sedemikian rupa sampai track bar-nya tegak vertikal. Tentu batang
rangka sasis yang di ujung track-bar akan berada di atas ujung poros roda di
sisi lain. Sehingga konstruksi kaki menjadi jajaran genjang :) Itulah sebabnyatrack
bar tidak dari dulu ada.
Meskipun demikian, track bar adalah
satu-satunya solusi untuk menahan gejala ayunan horizotal melintang. Bahkan
menjadi wajib setelah muncul sistem suspensi per-ulir atau keong untuk rigid
exle. Makanya sering disebut 5-link suspension karena masing-masing ujung
poros roda dipegang oleh 2 lengan membujur dan salah satu ujung poros roda
dipegang oleh track bar melintang. Tanpa track bar,
kendaraan dijamin roboh ke kanan atau ke kiri meski hanya didorong anak kecil
dari salah satu sisinya.
·
Merekayasa
kenyamanan suspensi per-daun
Yang
paling mudah adalah merenovasi semua sistem suspensi dari basis per-daun ke
per-ulir (coil spring). Jika berhasil, seperti yang pernah saya lakukan,
tentu akan sangat menyenangkan. Tetapi jika ada bagian yang gagal, renovasi
total seperti ini sulit untuk kembali ke sistem semula. Rumah poros roda
dirobah. Penahan per-daunnya dikerok habis dan diganti dengan pengait lengan
ayun. Bentuk dan posisi sway-bar juga dirobah. Batang utama
rangka sasis juga dirobah untuk mencangkok pengait per-ulir di keempat titik
roda. Jika semua perubahan sudah dilakukan dan hasilnya tidak memuaskan, maka
akan sama mahal dan sulitnya jika harus kembali semula.
Saya
membuat solusi yang lebih murah dan memungkinkan kembali semula lebih mudah.
Pada dasarnya solusi saya ini adalah mengganti anting di setiap ujung per-daun
dengan per-ulir. Tidak ada perubahan konstruksi dasar.
Bicara
soal kenyamanan, tentu keamanan tidak boleh dilupakan. Oleh karena itu memasang track-bar dan
penahan lipatan adalah wajib, menjadi persyaratan dasar. Terlebih karena anting
akan diganti dengan per-ulir, maka jika track-bar tidak
dipasang, sistem suspensi akan gagal total. Baru setelah semua persyaratan
dasar itu melangkah ke tahap selanjutnya.
Tahap persiapan
Tahap persiapan
Pada
tahap ini dipersiapkan kit yang akan dipasang seperti tampak paeda gambar di
samping, antara lain topi atau penahan per bagian atas (A), per ulir (B),
penahan per bagian bawah atau alas (C) beserta pengaitnya (D, E, F dan G),
serta penahan lipatan ujung per-daun (H) dan track bar (tidak
ada di gambar). Bentuk-bentuk kit tersebut harus disesuaikan dengan
kendaraannya.
Mengingat per-daun sudah lentur, maka per-ulir (B) yang kita pilih harus lebih lembut ketimbang per-daunnya. Diharapkan ketika berayun vertikal, yang pertama melentur adalah per-ulir. Per-daun baru melentur setelah langkah lenturan per-ulir mencapai titik tertentu. Dengan demikian lembutnya per-ulir bisa dirasakan.
Mengingat per-daun sudah lentur, maka per-ulir (B) yang kita pilih harus lebih lembut ketimbang per-daunnya. Diharapkan ketika berayun vertikal, yang pertama melentur adalah per-ulir. Per-daun baru melentur setelah langkah lenturan per-ulir mencapai titik tertentu. Dengan demikian lembutnya per-ulir bisa dirasakan.
Untuk
memperpajang langkah ayunan ujung dinamik per-daun, maka posisi rol atau mata
penahan bushingdibalik seperti pada gambar di atas. Syukur-syukur
ada bahan lembar plat per-daun yang rolnya berseberangan seperti itu. Jika
tidak ada terpaksa dibikin sendiri. Bisa juga model potongan, sepotong ke ujung
statik rol atau matanya menghadap ke atas dan sepotong ke ujung anting matanya
menghadap ke bawah. Toh di tengah ada penahan tusuk yang dipres oleh baut klem
yang sangat kuat dengan rumah poros roda, sehingga tidak mungkin lolos.
Tahap pemasangan
Tahap pemasangan
Sebenarnya tidak perlu ada las di rangka sasis. Yang
dicangkok ke rangka sasis hanya kit A dan track-bar. Paling-paling
ngebor rangka sasis untuk pencangkokan kit A dengan baut tembus. Pencangkokan
kit lainnya cukup dengan klem yang kuat. Demikian pula pencangkokan ujung track-bar di
rumah poros roda, cukup dengan klem. Sedangkan kit C dan pendukungnya dikait ke
ujung dinamik per-daun pengganti anting. Setelah per-ulir (B) dan penahan ujung
statik per-daun (H) dipasang, maka dari samping akan tampak seperti gambar
sebelah kiri.
Sebenarnya
batang D pendukung kit C mirip batang penghubung statik antar penahan C kanan
dan C kiri. Selain menjaga jarak ujung dinamik per-daun kanan dan kiri supaya
tetap, juga menetralisir gejala ungkit karena per-ulir berada di samping
per-daun, bukan persis di atasnya. Sehingga ujung per-daun tidak menyebar atau
ngumpul dan tidak melintir karena pinggirnya dipancal per-ulir. Dari depan akan
tampak seperti pada gambar di sebelah kanan. Namun demikian, batang D tidak
harus lurus seperti yang tampak pada gambar. Di tengahnya bisa jadi perlu ada
lekukan sesuai dengan ruang yang dilaluinya. Misalnya pada Jeep CJ-7, batang D
harus belok menghindari gearbox setir. Yang penting posisi
ujung harus simetris kanan dan kiri.
Yang
perlu dipikirkan adalah bagaimana menahan jarak langkah maximum per-ulir agar
tidak lepas. Yang paling afdol tengahnya dipasang shock-absorber seperti
per-ulir pada umumnya. Fungsinya selain meredam ayunan berulang, juga sebagai
pembatas langkah. Dan tentunya karena per-ulir ini hanya pengganti anting
per-daun, tentu langkah ayunannya tidak boleh terlalu panjang. Mungkin cukup
0-20cm. Namun karena per-ulir ini kecil, makashock breaker-nya pun harus
kecil dan hanya bermain sekitar 15-20cm. Hambatannya pun juga harus lembut,
agar keseluruhan per-ulir tetap lebih lembut dari per-daunnya. Nah, jika shock
breaker yang dimaksudkan tidak ada, maka penahan langkah alternatif
yang paling efektif adalah tali sling. Tali ini mengikat antara
komponen C dengan batang rangka sasis.
Yang
lebih penting lagi dicermati adalah perbandingan kelenturan/ketegangan antara
per-ulir dan per-daun. Jangan sampai langkah lenturan per-ulir habis baru
disusul lenturan per-daun. Karena ketika per-daun melentur, per-ulir akan
berfungsi sebagai anting, dimana alas C akan maju-mundur sesuai kelengkungan
lenturan busur per-daun. Gerak maju-mundurnya alas C akan merusak kedudukan
per-ulir jika kondisinya sudah rapat mentog.
Jika mencari perbandingan tegangan/kelenturan sulit, maka
kit A, B dan C harus dipilih model yang mampu mengadopsi fungsi anting seperti
pada gambar sebelah. A bukan lagi model payung atau topi dan C bukan lagi model
alas. Dua-duanya model as atau poros. Per-ulir B harus bermata rol di kedua ujungnya.
Baut penahannya dibuat sedemikian rupa agar per-ulir tidak bergeser menyenggol
dinding A maupun C dan loncer (dengan bushing). Dengan demikian, per-ulir dalam
kondisi apapun akan mampu berfungsi sebagai anting tanpa efek samping.
Kekurangan dari model ini, andaikan ada shock
breakerkecil seperti yang dimaksudkan di atas, tidak bisa dipasang di
tengah per-ulir. Disinilah perlunya kecermatan dalam memilih model disesuaikan
dengan komponen-komponen yang tersedia di pasar. Assessment dan survei pasar perlu
dilakukan sebelum memulai proyek. Jangan sampai proyek terbengkalai di tengah
jalan atau selesai tapi dengan teknologi yang gagal.
Mungkin anda bisa bayangkan kelembutan dan kenyamanan yang
akan dihasilkan dari rekayasa saya ini. Anda akan ditopang oleh 2 tingkat
suspensi. Suspensi pertama adalah per-ulir yang lembut. Kejutan-kejutan yang
melebihi kapasitas per-ulir akan disampaikan kepada per-daun. Suspensi kedua
adalah per-daun yang melanjutkan kejutan-kejutan yang lolos dari per-ulir.
Kejutan-kejutan berat yang biasanya lolos dari tahanan per-daun dalam
konstruksi asli memungkinkan masih tertahan dalam kontruksi rekayasa saya ini,
karena telah terlebih dulu terkurangi oleh per-ulir. Dengan demikian, hasil
rekayasa ini diharapkan akan menghasilkan kelembutan dan kenyamanan suspensi
yang terbaik untuk kendaraan rigid-axle. Tidak seperti kendaraan rigid
axlemodern yang menggunakan stock coil spring yang hanya
mengandalkan 4 per-ulir bawaannya saja, dimana kejutan-kejutan yang melebihi
kapasitas per-ulir hanya mentog nubruk ganjel karet. .
0 komentar:
Posting Komentar